,

Guru SMAN 1 Sekadau Bantah Lakukan Perundungan Kepada Siswa

Editor: Muezz@
Mei 19, 2024, 19:08 WIB Last Updated 2024-05-19T12:08:57Z



SEKADAU, SK - Pihak SMA Negeri 1 Sekadau dengan tegas membantah adanya perundungan yang dilakukan guru kepada siswanya. Pihak sekolah memastikan tidak ada perundungan terhadap siswa berinisial A, seperti informasi yang beredar saat ini. 


Pihak SMA Negeri 1 Sekadau juga membantah adanya ancaman pembunuhan dan tuduhan memakai narkoba kepada A. Justru pihak sekolah memanggil orang tua A karena anaknya sering bolos atau tidak masuk sekolah.


Waka Kesiswaan SMA Negeri 1 Sekadau, Yasinta Yuyun, menjelaskan saat itu, dirinya melihat ada dua motor di simpang gang rumahnya, ternyata adalah anak muridnya yang bolos. Selanjutnya, ia pun melihat siswa yang bolos itu lagi. Belakangan diketahui salah satu siswa yang bolos tersebut adalah A. 


"Saya ndak tahu kan namanya (siswa yang bolos). Saya juga sempat tanya ke guru piket, guru piket juga ndak tahu. Kemudian saya tanya Ketua OSIS dan minta catatkan nama anak-anak bolos yang ketemu saya di parkiran. Disebutkan nama-namanya itu," jelas Yuyun kepada awak media di SMA Negeri 1 Sekadau, Minggu, 19 Mei 2024. 


Ternyata masalah itu berbuntut panjang. A marah kepada Ketua OSIS karena melaporkan dirinya bolos. Bahkan karena ketakutan, Ketua OSIS tersebut sempat mengamankan diri ke rumah salah satu guru atas instruksi Kepala Sekolah.


"Besoknya, saya panggil lagi mereka yang bolos itu untuk membuat pernyataan (agar tidak bolos lagi). Ketawa-tawa kok mereka di situ, tidak ada apa-apa," ujar Yuyun. 


Ternyata itu berulang. A pun masih bolos. Akhirnya pihak sekolah memanggil orang tua A. Menurut keterangan orang tuanya, kata Yuyun, si anak setiap hari turun ke sekolah. 


"Awalnya orang tuanya juga kooperatif. Orang tuanya bilang anaknya itu saleh, baik kalau di rumah. Kami kemudian sarankan agar anaknya rajin sekolah, urusan di luar bukan tanggung jawab sekolah, gitu kan. Setelah itu (A) berulah lagi. Lagi-lagi tidak masuk sekolah, sering terlambat. Kami panggillah orang tuanya," ungkap Yuyun. 


Yuyun bilang, saat itu orang tuanya cerita jika anaknya itu sering meminta uang dengan jumlah yang banyak. Yuyun pun sempat menanyakan jumlah uang yang diminta tersebut. 


"Kami tanya berapa banyaknya? Dijawab banyaklah untuk anak-anak. Kemudian (kata Mamanya), sering (minta). Dia (A) juga minjam laptop kakaknya, belum dipulangkan," kata Yuyun.


"Saya tanya, lalu ke mana laptopnya, bu? Dijual kah? Dijawab sama mamanya, ndak tahu," timpal Yuyun. 


Lalu, kata Yuyun, dirinya yang saat itu bersama guru BP pun menanggapinya. "Tolonglah, dipantau bu pergaulannya (A). Dengan siapa dia main, ke mana dia soalnya dia minta uang banyak gitu? Untuk apa (uangnya) maksud kami. Mengarahlah pembicaraan sampai ya, takutnya narkoba atau obat-obatan. Maksud kami itu kan untuk membina. Lalu itu dikembalikan kepada kami lagi, seolah-olah kami menuduh kalau A memakai narkoba. Kan ndak ada gitu. Masa kami menuduh," jelas Yuyun. 


Setelahnya, orang tua A kembali datang dengan membawa hasil pemeriksaan tes narkoba anaknya yang negatif. "Kami bersyukur kalau negatif, berarti orang tuanya juga memperhatikan anaknya. Tapi yang disalahkan itu kami. Kok, lalu kami nuduh dia (A) mengkonsumsi narkoba. Kok bisa membalikkan fakta. Padahal kami hanya menyarankan supaya dipantau pergaulan anaknya, bukan untuk mengeceknya ke rumah sakit atau ke mana. Maksud kami, dipantau pergaulannya untuk apa duit itu? Kok sering-sering minta duit," jelasnya lagi.


Setelah itu, kata Yuyun, si anak tidak mau masuk sekolah lagi dengan alasan sakit di Pontianak. Kemudian, orang tua A datang untuk meminta surat pindah anaknya.


"Ke rumah Kepsek, ke sekolah (minta surat pindah), tapi dia tidak bawa surat rekomendasi. Padahal sudah kami sarankan agar membawa surat rekomendasi. Saya bilang, kalau ibu datang gini saja, lalu kami keluarkan (surat pindah), nanti kami salah. Di sana belum diterima, di sini sudah keluar (surat pindah). Sebaiknya bawa surat rekomendasi dari sana bahwa A diterima, barulah kami mengeluarkan surat pindah. Ndak apa-apa (A) pindah, yang penting dia belajar dengan baik," ucap Yuyun.


"Tidak ada upaya mau membully dia (A). Kami justru berusaha untuk memperbaiki dia supaya menjadi baik. Tidak ada sedikitpun sekolah ini sampai ada pembully-an dengan siswa. Ndak ada. Apalagi dari pihak guru. Apalah gunanya? Tugas kami mendidik, membina, mengajar anak menjadi baik. Lalu kita (yang dibilang) membully, kan ndak masuk akal rasanya," tegas Yuyun.


Sementara itu, guru berinisial FJR yang disebut-sebut mengancam A juga memberikan bantahan. "Tidak ada bahasa pengancaman seperti itu. Untung kau ni murid aku, itu terucap di posisi saya sedang panas-panasnya," ujarnya.


"Nah, menurut si C itu, A ada chat dengan C ketika A mencari saya. Si C ini berusaha agar tidak terjadi perkelahian, tapi si A ini ngotot mencari saya di mana," sambungnya.


FJR justru merasa dirinya yang hendak dikeroyok oleh A bersama teman-temannya. Hanya saja, tindakan itu tidak terjadi lantaran ada yang mengenal FJR itu adalah guru dan anak band. 


FJR mengatakan, teman-teman A yang notabenenya juga pelajar dari sekolah lain itu akhirnya meminta maaf. "Saya datang menemui mereka ramai-ramai itu, emang tujuannya untuk menyelesaikan masalah. Sebenarnya kejadian itu harusnya sudah selesai," beber FJR.


FJR mengatakan, masalah yang terjadi pada November 2023 lalu harusnya sudah selesai. FJR pun tak memperpanjang masalah itu. Hal ini pun dibuktikan dengan dirinya memberikan nilai secara profesional kepada A.


"Setelah itu saya mengajar, bahkan nilai A juga saya bantu. Kalau di mata pelajaran saya, dikerjakannya tugas, ulangan. Saya kasi nilainya 80. Saya harus bisa membedakan mana urusan sekolah, mana urusan di luar. Setelah itu saya ndak tahu ceritanya lagi, sampai kejadian dia bolos itu," bebernya. 


FJR  bahkan sempat menasihati A yang diketahui ingin menjadi polisi. Ia pun kaget sampai muncul pemberitaan yang menyebutkan dirinya melakukan pengancaman terhadap A. 


"Saya tidak ada mengancam mau bunuh. Saya juga tidak pernah chat si A," tegas FJR.


Di tempat yang sama, Kepala SMA Negeri 1 Sekadau, Yohanes Adi Suhadi, menyayangkan informasi yang beredar tersebut terkesan menyudutkan pihaknya. Adi pun membantah mendiami masalah tersebut. Padahal sudah ada pertemuan orang tua dengan pihak sekolah, tapi A tidak hadir. 


"Dibilang tidak memfasilitasi, toh orang tuanya ada ke sekolah. Anaknya dituduh pakai narkoba. Saya bilang, kalau kaitannya dengan bahasa-bahasanya minta uang, minta ini, minta ini, kan tidak ada salahnya kita menyampaikan mungkin, tidak menuduh," tegas Adi.


"Lalu serta-merta orang tua A membawa anaknya tes narkoba. Loh, sampai ke situnya. Padahal kami tidak ada menyuruh anaknya untuk periksa. Kami bermaksud agar orang tua memantau anaknya, kan sekolah ini ndak 24 jam memantau anak-anak," sambung Adi.


Setelahnya, kata Adi, orang tua A mendatangi ke rumah malam-malam dengan maksud meminta anaknya pindah. "Minta pindah anaknya. Kayaknya sudah ndak betah lagi di sekolah karena tidak ada kawannya. Bahkan ada guru memberikan teguran yang sangat fatal. Itulah menunjukkan hasil tes narkoba," kata Adi.


Adi menegaskan, sebagai guru jika anak melakukan kesalahan maka diberikan teguran atau nasihat. Tak hanya itu, pihak sekolah justru membantu kemudahan proses kepindahan A ke sekolah barunya. 


"Kita sudah bantu proses pemindahan anaknya agar berjalan lancar. Lalu menjatuhkan sekolah. Itu yang saya ndak habis pikir," tukasnya.(Tim)